MALAS DAN CARA MENGATASINYA
Malas adalah penyakit mental. Siapa
dihinggapi rasa malas, sukses pasti jauh dari gapaian. Rasa malas
diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa
malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan,
suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll. Jika
keluarga besar dari rasa malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas
sehari-hari kita, maka dijamin kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan
bisa jadi kita tidak pernah bisa mencapai sesuatu yang lebih baik
sebagaimana yang kita inginkan.
Rasa malas sejatinya merupakan sejenis
penyakit mental. Mengapa disebut penyakit mental? Disebut demikian
karena akibat buruk dari rasa malas memang sangat merugikan. Siapa pun
yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas
sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya
tidak pernah datang pada orang yang malas. Masyarakat yang dipenuhi oleh
individu- individu yang malas tidak jelas tidak akan pernah maju.
Rasa malas juga menggambarkan
hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang
sesungguhnya dia inginkan. Rasa malas jenis yang satu ini relatif lebih
bisa ditanggulangi. Nah, bagaimana cara mengatasinya? Berikut
kiat-kiatnya:
1. Membuat Tujuan
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen pencapaian hidup.
Orang yang malas biasanya tidak memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen pencapaian hidup.
Di sinilah pangkal persoalannya. Tanpa
tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka
seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan
diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini
membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada situasi, dan
cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada
motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya sumber-sumber
motivasi hidup menyebabkan kemalasan.
Supaya motivasi muncul, seseorang
harus berani memutuskan tujuan- tujuan hidupnya. Menurut Andrias Harefa
dalam bukunya Agenda Refleksi dan Tindakan Untuk Hidup Yang Lebih Baik
(GPU, 2004), dia harus membuat komitmen atas apa saja yang ingin
diselesaikan, dicapai, dimiliki, dilakukan, dan dinikmati (disingkat
secamilanik). Contoh komitmen; "pada ulang tahun yang ke …. saya sudah
harus menyelesaikan buku yang saya tulis, meraih promosi pekerjaan,
mencapai gelar S-3, memiliki rumah dan mobil, melakukan sejumlah
kunjungan ke mancanegara, dan menikmati kebahagiaan bersama keluarga."
2. Mengasah Kemampuan
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan-tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan
membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika tujuan-tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kita juga perlu sekali mengasah kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang diambil itu akan
membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Contoh; jika pada tahun yang sudah
ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang
aktivitas-aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut.
Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan
penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi,
dan memperbaiki kemampuan presentasi.
Jika aktivitas-aktivitas pembelajaran
itu dilakukan secara konsisten dan dengan komitmen sepenuhnya, maka kita
telah berada di jalur yang benar. Aktivitas-aktivitas pembelajaran akan
menempatkan kita pada posisi dan lingkungan yang dinamis. Kemampuan
kita dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah juga akan meningkat.
Dengan sendirinya ini akan semakin memperkuat rasa percaya diri kita,
menebalkan komitme pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan
semangat.
Sebaliknya, jika kita sama sekali
menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan semakin melemah,
semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada titik ini,
tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah tidak
memiliki arti lagi. Sayang sekali.
3. Pergaulan Dinamis
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama-lama dengan para orang malas dan pesimistik.
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama-lama dengan para orang malas dan pesimistik.
Situasi atau lingkungan di mana kita
berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas
sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang
kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking. Sepintas,
berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat
melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis.
Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati
orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain.
Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini bisa
menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan, dan
kemalasan total.
Jika rasa malas mulai menyerbu kita,
jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan
kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang
tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang
bekerja keras untuk meraih impian-impiannya. Manusia-manusia optimis,
self- motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan
hidup pasti, umumnya memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa
pun di sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa
menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga
orang lain jadi ikut tergerak.
4. Disiplin Diri
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso, Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya; "Jika kita lunak di dalam, maka dunia luar akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan lunak kepada kita". Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan, bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir para olahragawan dan pekerja profesional yang memang menuntut sikap disiplin dalam banyak hal. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja?
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam maknanya dari Andrie Wongso, Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya; "Jika kita lunak di dalam, maka dunia luar akan keras kepada kita. Tapi jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan lunak kepada kita". Kata-kata mutiara yang luar biasa ini menegaskan, bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam arti menempa rasa disiplin dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir para olahragawan dan pekerja profesional yang memang menuntut sikap disiplin dalam banyak hal. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja?
Sebaliknya, jika kita terlalu lunak
atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja
buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka
dunia luar akan sangat tidak
bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasar
an PHK. Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada kita.
bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi sasar
an PHK. Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada kita.
Rasa malas jelas merugikan. Obat
mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan mendisiplinkan diri dan menjaga
kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau
impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau
impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda
ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.
Sumber: Rasa Malas dan Cara Mengatasinya oleh Edy Zaqeus.