Harian Kompas terbit rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan
tingkat keterbacaan 1.850.000 per hari. Artinya, Kompas rata-rata
dibaca oleh 1.850.000 orang per hari.
Sebagai Koran nasional, Kompas hadir hampir di seluruh propinsi di
Indonesia. Dengan sumber daya wartawan yang berjumlah 230 orang, Kompas
menyajikan berita dari wartawannya yang ditempatkan di berbagai kota
di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Papua.
Sementara di luar negeri, Kompas khusus menempatkan seorang wartawan
di Cairo untuk mengikuti situasi dan perkembangan di kawasan Timur
Tengah. Ke depan, kami juga akan mengisi sejumlah tempat lagi seperti
di Brussels, Washington, New York, Shanghai, dan Canberra.
Kedatangan yang menjadi salah satu faktor penting dari sebuah produk
surat kabar, coba dipenuhi dengan cetak semakin pagi sehingga
diharapkan Kompas bisa diterima di tangan pelanggan sebelum pukul 6.00
pagi.
Ini tak hanya untuk wilayah Jabodetabek. Dengan sistem
cetak jarak jauh yang sudah dibangun di delapan kota (Bandung,
Bawen-Jateng, Rungkut-Jatim, Bali, Medan, Palembang, Banjarmasin, dan
Makassar), Kompas bisa sampai di tangan pembaca sama pagi dengan yang
diterima pembaca di Jakarta dan sekitarnya.
Kendati
pembaca Kompas terbesar adalah orang-orang terdidik, Kompas tak
melupakan kelompok pembaca muda dan bahkan anak-anak. Setiap pekan,
Kompas menyediakan halaman khusus buat orang muda 15-19 tahun, bahkan
Kompas juga menyediakan halaman khusus anak.
Mulai 2009,
Kompas juga meluncurkan rubrik baru yang diberi nama "Kompas Kita".
Rubrik ini berisi tanya jawab antara seorang tokoh politik, olahragawan,
atau selebritas lainnya, dengan para pembaca Kompas.
Setiap Senin, Kompas membuat tulisan tematik, mengangkat isu-isu tertentu yang digarap secara lebih terencana dan terancang.
Untuk isu-isu besar dan aktual, yang perlu pemaparan secara
komprehensif, ada rubric "Fokus" yang terbit tiap Jumat. Pada hari yang
sama, pembaca juga mendapatkan halaman khusus "Sport".
Pelibatan pembaca, dirasakan sangat penting, terutama untuk memberi
masukan terhadap isi Kompas. Kompas mempunyai Forum Pembaca Kompas
(FPK) di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogya, Surabaya, dan Medan, dengan
keanggotaan yang bergilir. Pertemuan berkala diadakan di kota-kota
tersebut setiap tiga bulan. Di luar pertemuan, setiap hari anggota FPK
menyampaikan masukannya melalui email atau telepon.
Di tingkat yang lebih professional, ada Ombudsman yang mengkritisi
isi Kompas. Anggota Ombudsman terdiri atas sejumlah pakar, setiap bulan
bertemu dengan pimpinan dan para editor.
Sementara Litbang Kompas, secara berkala memonitor konten Kompas dan
membandingkannya dengan beberapa surat kabar nasional. Litbang dan juga
Pusat Informasi Kompas adalah unit penting yang menunjang kerja
wartawan untuk bisa menghasilkan tulisan-tulisan yang lengkap, akurat,
dan terpercaya.
Desain dan perwajahan Kompas terus menerus diperbaiki. Seorang
konsultan desain kelas dunia, Mario Garcia dari Amerika Serikat, tahun
2005 diminta mendadani wajah Kompas, sehingga Kompas tampil seperti
yang sekarang.
Konsep "visual thinking" merupakan isu utama dari konsep yang
ditawarkan Mario Garcia. Gambar, infografik, ilutrasi, menjadi hal yang
sangat penting dari keseluruhan wajah surat kabar. Seorang wartawan di
lapangan, tak cukup hanya memikirkan isi berita yang akan dia tulis,
tetapi wartawan sekaligus dituntut untuk membayangkan, visual seperti
apa yang akan ditampilkan untuk memperkuat berita yang dia peroleh.
Bersamaan dengan perubahan wajah tersebut, diperkenalkan lembar khusus iklan yang diberi nama Klasika.